Bertanya Pada Diri Sendiri

Ask Yourself! 

Wahai diriku, apa kabarmu hari ini? Adakah engkau dalam keadaan sehat lahir dan batin? Masihkah senyum manis menghiasi bibirmu? Masihkah langkah hidup terasa ringan engkau ayunkan atau malah terasa berat sekali? Masihkah engkau bergegas untuk menjawab panggilan-Nya disaat adzan berkumandang? Adakah perasaan malas dan menunda mulai hinggap di hatimu untuk berbuat kebaikan? Masihkah ucapan istighfar sebagai rasa sesal membasahi bibirmu, untuk setiap ucapan yang nista, pandangan mata yang tak seharusnya, serta bisikan jahat pada hatimu yang akhirnya engkau lahirkan dalam wujud perbuatan?


Saudaraku,

Terkadang, kita terlalu sibuk dengan dunia di luar diri kita. Kita begitu bersemangat membuat banyak perubahan untuk lingkungan sekitar kita. Kita bersemangat untuk menutupi setiap kekurangan yang tampak di hadapan, serta bersemangat menjadikan segala sesuatu di luar diri kita tampak lebih baik dari hari ke hari. Namun, tanpa disadari, kita lupa bertanya pada diri sendiri. Kita lupa untuk senantiasa melihat setiap perubahan kecenderungan yang singgah pada diri kita.

Kita lupa untuk memperbaiki dan menutupi banyaknya kekurangan dan aib-aib diri kita. Dalam setiap pertambahan waktu dan umur, dalam banyak pergaulan dan interaksi yang terjadi, tak dipungkiri pasti terdapat perubahan-perubahan dalam kecenderungan diri kita. Mungkin, aktifitas yang kita geluti dari hari ke hari tanpa disadari sudah memakan kesadaran kita untuk terus waspada serta berjalan dalam rambu-rambu ketaatan dan keistiqomahan menjaga keimanan dari bisikan-bisikan halus kelalaian.

Mungkin saja diri kita yang dulunya begitu kuat untuk memegang prinsip-prinsip yang mulia dalam hidup, mulai goyah dan terbawa arus setelah berbaur dengan beragam karakter dan kebiasaan. Adakah kita senantiasa bertanya pada diri sendiri, sebesar apakah kedukaan kita saat berlalunya kesempatan untuk berbuat taat yang hanya kita biarkan dan habiskan dalam kesia-siaan perbuatan? Atau malah diri kita tidak berduka sama sekali?

Adakah kita senantiasa bertanya dan menuntut pada diri, perbuatan baik apa saja yang akan dan telah kita persembahkan pada hari ini? Padahal kesempatan itu tidak datang dua kali dan terkadang hanya berlaku sekali. Hari yang kita jumpai saat ini dengan segala ragam keadaannya tak akan kembali terulang untuk esok, sedangkan kita tak pernah tahu, apakah esok kita masih sehat dan mampu berbuat, atau bahkan tidak akan lagi menjumpainya.

Saudaraku,

Bertanya pada diri sendiri atas banyak hal yang mesti diperbaiki adalah sebuah kebutuhan yang sudah seharusnya dilakukan. Menjadi Waspada atas banyak kecenderungan-kecenderungan diri yang melalaikan merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan dasar untuk tetap menjaga langgengnya iman. Mampukah kita melakukan perubahan dan perbaikan, jika kita tidak pernah bertanya hal apa yang mesti kita rubah dan perbaiki? Mampukah kita melihat kelemahan dan kekurangan, jika diri tetap tidak mau peduli dan introspeksi serta selalu saja merasa sempurna dan tiada cela?


Creative Commons License
Sebuah Perenungan by Posts is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License.
Based on a work at zidaburika.wordpress.com.

14 respons untuk ‘Bertanya Pada Diri Sendiri

  1. bener bangetz tuh,
    sekarang aku sudah tidak kenal pada diri aku sendiri dan tidak meyakni kemampuannya,
    dan sekarang aku lagi berusaha mencari tau semuanya….

  2. Ternyata untuk pintar aku tidak dapat, bodohpun aku tidak bisa….!
    aku laksana buih, ombak ataupun gelombang.. walaupun tampak namun ternyata aku tidak ada, karena semua hanya kenyataan daripada AIR….! namun ini semua hanya menu yang ada didaftar saji atau hanya sekedar text atau naskah yang terbalut ilmu, aku belum merasakan masakan dari menu itu… apalah artinya Daftar menu apabila belum merasakan nikmatnya masakannya..! apalah arti ilmu engkau ya ALLAH apabila aku belum menyadari dan merasakan ENGKAU…!, aku laksana ikan yang tidak menyadari keadaan air! apakah aku harus terangkat kedaratan lebih dahulu lalu mati, baru kurasakan keberadaan dan ARTI ENGKAU(Audzubillahi min dzalik), namun aku yakin ini adalah suatu jalan-MU.

  3. Subhanallah, bahagia hari ini nambah bekal untuk kembali, seharusnya bukan hari2x tertentu saja kita introspeksi. menurut Rosululloh SAW, disaat kita akan tidur…renungkanlah sejenak apa-apa yang sudah dilkukan, sejauh mana manfa’at bagi orang lain, bila salah segeralah meminta ma’af, bila benar kembalikan kepada Allah SWT ini semua karena Allah SWT, mohon ma’af kalau ada hilaf dari saya, semoga Allah senantiasa Ridho apa-apa yg kita lakukan amin

    Alhamdulillah, sama2 Pak. Malah saya yg berterima kasih sudah mendapat tambahan masukan juga dari Bapak. Insya Allah..amin

  4. Bener banget tuh Kak Rozy, memang kita perlu bertanya pada diri sendiri & jangan lupa perbanyaklah cermin disekitar kita, jangan terkesima oleh pujian & jangan terluka oleh cacian, karena semua itu adalah sarana yg bisa membuat kita semakin matang andaikata kita bisa menyikapinya dg arif. Marilah kita bertanya pd diri sendiri & kepada orang2 disekitar kita, agar kita tahu siapa diri kita yg sebenarnya, agar kita tahu apa yg harus kita perbaiki pada diri kita.

    Setuju Mbak Frida, Insya Allah…Mari kita saling berusaha & mendoakan satu sama lain 🙂

  5. tulisan yang banyak menyentuh sisi moral…
    keep writting 🙂

    salam kenal

    Alhamdulillah…Insya Allah mas..Terima kasih telah berkunjung 🙂

  6. adakah anda sudah bersyukur hari ini?,…

    Alhamdulillah..Terima kasih sudah mengingatkan 🙂

  7. Hikmah yan mendalam … direguk di kampung perenungan. Selamat, saya tercerahkan nih.

    Alhamdulillah, sama-sama Mas. Terim kasih atas kunjungannya 🙂

  8. Terima kasih atas koreksian haditsnya. Saya salah nulis dan alhamlillah sudah dikoreksi… beginilah selayaknya kita saling mengingatkan.. makasih. 🙂

    @Pak Sawali
    jadi malu nih kadang saya pernah melakukan “kesalahan” dua kali bahkan berkali=kali.. apakah juga kurang introspeksi ya…

    Alhamdulillah, sama-sama Pak Kurt. Itupun saya tanyakan pada seorang teman ustad 😀 . Yup, Insya Allah… 🙂

  9. menemukan kesejatian dalam diri hanya bisa dilakukan dengan muhasabah plus menggenapkan mujahadah dalam ikhtiar membangkitkan potensi diri yang selaras dengan panggilan fitrah, siapa yang mengenal dirinya maka terbukalah jalan untuk mengenal Tuhan-NYA dan Siapa yang mengenal Tuhan-NYA terbukalah jalan untuk mengetuk pintu – pintu keabadian…wallahu a’lam
    Salam ta’aruf dari http://bulanbintang.wordpress.com

    Alhamdulillah, terima kasih atas kunjungannya. salam kenal kembali 🙂

  10. iya saudaraku…….benar sekali….harusnya kita seperti ikan dilautan yang dagingnya tetap tawar atau bahkan manis walaupun berada diantara air yang asin sekalipun……..senang berkenalan dengan mas……mohon maaf lahir dan bathin semoga Allah memberi kekuatan dan pertolongan kepada seluruh hambanya yang memiliki kerisauan atas diri sendiri serta orang lain.

    Iya Mas Adit, saya setuju dgn apa yg mas sebut. Alhamdulillah Mas, sama-sama :)…Amin

  11. Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu terbaik untuk kita mengintrofeksi diri, ” Berapakalikah dunia tergelincir dalam perjalanannya,? sejauh mana ia cenderung kepada egoismenya? berapa banyak dosa-dosa yang telah ia lakukan ?? dan sejauh mana ia telah disesatkan oleh kebimbangannya sehingga demikian membutuhkan kasih sayang ??

  12. Betul sekali, Mas, semakin bertambahnya usia, kita mesti banyak melakukan refleksi dan introspeksi diri, memperbanyak belajar untuk bisa bersikap *halah sok tahu nih* secara jujur, arif, dan dewasa. “Keledai saja tak mau terperosok ke dalam lubang yang sama, kan? * OK, salam.

    Iya Pak, lebih2 kita…Terima kasih atas kunjungannya 🙂

  13. Alhamdulillah hari ini dapat hikmah yang mendalam. Mempertanyakan diri sendiri maksudnya biar mengenal diri ya pak?
    Jadiingat Kata Raslulullah saw: “man ‘arofa nafsahu, ‘arofa nafsahu”… bener gak pak…

    Bapak rupanya sudah mencapai derajat ini yaa duuh bagi2 terus pak ilmunya… yaa Amin… 🙂

    salam kenal

    Alhamdulillah Pak Kurt…Semoga Allah mengampuni saya..Iya Pak Kurt, insya Allah maksudnya supaya mengenal diri..Kalo hadits Rasulullah itu barusan saya tanyakan ustad lengkapnya adalah..”Man ‘arofa nafsahu,faqod ‘arofa Robba…” 🙂
    insya Allah Pak Kurt…
    Wallahu a’lam

  14. Setuju banget kalau kita musti selalu melihat “ke dalam”. Sudah terlalu sering mata kita melihat ke luar dan terus mencari di sana apa yang sesungguhnya ada di dalam.

    Dunia memang sealalu berubah. Kehidupan terus berjalan dengan derasnya. Apa harus ikut arus?™

    Salam…

    Kata seorang ulama, “Silakan berbaur dengan siapapun, namun jangan sampai melebur dan berprinsiplah! Salam juga 🙂

Tinggalkan komentar